masjidil haram

Jumat, 22 Oktober 2010

Perbaikan di Arafah dikebut



MAKKAH - Padang Arafah yang akan dijadikan lokasi wukuf terus dilakukan perbaikan. Diharapkan perbaikan itu akan selesai lima hari menjelang wukuf atau sebelum maktab diserahkan ke masing-masing negara.

Dari pantauan di lapangan, ribuan pekerja dikerahkan untuk memperbaiki lokasi ibadah yang digunakan hanya setahun sekali ini. Pada tahun ini, pemerintah Arab Saudi membangun beberapa jembatan di Arafah. Jembatan-jembatan ini menghubungkan antara maktab satu dengan yang lain. Jembatan ini juga untuk mempermudah rute menuju ke Muzdalifah.

Selain jembatan, perbaikan beberapa ruas jalan juga terus dikebut. Ratusan alat berat dikerahkan untuk memperlebar sekaligus mengaspal jalan. Beberapa tebing tampak dikepras dan kemudian dikuatkan dengan bangunan agar tidak terjadi longsor. Jalan pemisah antara perkemahan satu dengan yang lain juga dilengkapi dengan paving block (bata beton). Sebenarnya paving block ini sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Namun karena tidak ada perawatan, banyak paving block yang rusak.

Di sisi lain, ribuan kamar mandi dan toilet juga mulai dibersihkan. Beberapa pekerja yang umumnya dari Pakistan dan Bangladesh memperbaiki saluran air yang rusak. Lampu-lampu penerang jalan juga diperbanyak.

Selain itu, rambu-rambu atau penunjuk arah mulai dipasang. Untuk menjamin kelancaran komunikasi, sejumlah provider telekomunikasi seperti STC, Mobily dan Zain juga memasang base transceiver station (BTS).

Namun hingga kemarin, belum ada keputusan pasti di mana lokasi perkemahan yang akan ditempati jamaah haji Indonesia. Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, pihaknya juga belum bisa memastikan penempatan maktab-maktab Indonesia. Sebab pemerintah Arab Saudi baru akan mengajak rapat PPIH dan penyelenggara haji negara lain pada 20 Dzulqaidah mendatang. Dari tanggal itu, persiapan-persiapan baru bisa dimatangkan.

PPIH pun tidak bisa langsung mengerjakan atau membenahi maktab karena penyerahan maktab dari pemerintah Arab Saudi biasanya tanggal 5 Dzulhijjah. ”Ini memang menjadi kekhawatiran saya, namun pemerintah Arab Saudi selalu begitu, menyerahkan pada waktu yang mepet,” jelas dia.

Selain mepetnya waktu, lokasi maktab juga tidak bisa ditawar. Dengan demikian, mau tidak mau, PPIH akan menyesuaikan keputusan-keputusan dari pemerintah Arab Saudi. Soal lokasi maktab, menurut dia, tidak mesti sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Termasuk tenda utama yang digunakan Misi Haji Indonesia juga berubah-ubah. Terkadang lokasinya di dekat maktab, tapi pernah pula di luar maktab. “Mudah-mudahan kita bisa melakukan checking terakhir.”

Dia menambahkan, fasilitas-fasilitas di Arafah tidak terlalu berbeda dibanding tahun lalu. Memang dia mengakui saat ini ada beberapa pembenahan jalan dan jembatan. Namun pembenahan itu tidaklah terlalu signifikan.

Sebenarnya perubahan yang paling mencolok adalah adanya layanan monorel (qithar almasyair). Namun fasilitas baru ini pun belum bisa dinikmati jamaah haji Indonesia karena masih dikhususkan jamaah asal Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya. Jika tak meleset, jamaah Indonesia akan bisa menikmati monorel mulai tahun ini. Dari pantauan terakhir, pengerjaan monorel rute Arafah-Muzdalifah-Mina memasuki tahap finishing. Beberapa kereta yang dijadikan sarana pengangkut jamaah juga terus diujicoba.

Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan Kesultanan Oman Gatot Abdullah Mansyur belum lama ini sudah melakukan pertemuan dengan Gubernur Mekkah terkait layanan monorel ini. Menurut Gatot, monorel ini sementara bisa mengangkut 150.000 hingga 200.000 jamaah Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya. Yang jelas, monorel ini nantinya akan menghubungkan kota-kota perhajian yakni Mekkah dan Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar