masjidil haram

Minggu, 30 Desember 2012

Gua Hira, Perjuangan untuk Meraih Kebenaran

 
JARUM jam masih bertengger diangka 8, namun cahaya matahari yang cukup panas sudah menembus kulit. Pagi yang cerah untuk tetap mengagumi kebesaran Allah, tatkala di depan terbentang sebuah gunung yang tinggi dan besar. Gunung itu tak lain adalah Gunung Cahaya atau masyarakat sekitar menamakannya Jabal Nur.

Gunung yang dipuncakya terdapat Gua Hira memiliki sejarah yang mulia ketika menjadi saksi, Utusan Allah Nabi Muhamad mendapatkan wahyu pertama melalui Malaikat Jibril. Gua Hira menjadi tempat berlabuhnya kebesaran firman Allah, atas lahirnya surat pertama Alquran yakni Surat Al Alaq.

Dalam sejarahnya, berkali-kali Nabi Muhamad menaiki dan menuruni Jabal Nur untuk berdiam, merenung dan berpikir atas kebesaran Tuhan sekaligus mengasingkan diri dari berbagai keruntuhan moral penduduk Mekah. Sampai akhirnya Allah Berkehendak, untuk membenarkan Agama-Nya dengan menurunkan Wahyu ayat pertama berbunyi 'Iqro' yang artinya Bacalah.

Jabal Nur, menjadi salah satu tempat ziarah jamaah haji dunia termasuk Indonesia. Jabal Nur memiliki ketinggian 200 meter dan jarak 6 km dari sebelah utara kota mekah atau  sebelumnya dari rumah Nabi Muhamad bersama Istri tercintanya Siti Khadijah.

Dan memang tak mudah mencapai Gua Hira, tempat Nabi Muhamad mendapatkan wahyu dengan perantara malaikat jibril. Perjalanan ke sana cendrung menanjak, terjal dan curam. Kaki pegal, letih dan peluh keringat menjadi modal utama untuk menuju serta  menaiki puncak Jabal Nur ke Gua Hira. Gunung ini secara nyata merupakan tempat yang tandus, panas, dan terdiri dari bebatuan yang keras dan tajam.

Namun, pada saat keletihan membahana di tengah maupun di puncak  perjalanan, sebuah pondokan yang sederhana menyapa dengan ramah. Di tempat ini dengan disediakan berbagai macam makanan dan minuman termasuk buah-buahan. Di tempat ini kita bisa rehat sejenak, untuk makan cemilan atau minum air putih atau secangkir teh-kopi sambil melihat pemandangan.

Puncak kelelahan, juga dapat dicairkan dengan pemandangan yang indah dari puncak Jabal Nur. Terlihat jelas perumahan dan jam Big Ben yang berada di Masjid Nabawi. Pemandangan alam juga begitu indah, bukit-bukit batu tersusun secara baik yang dibawahnya berbaris rumah dan perkampungan penduduk Arab Saudi.

Setelah menempuh perjalanan yang menanjak dan terjal selama 2 jam lebih, akhirnya puncak jabal Nur dapat terlihat. Keberadaan Gua Hira-pun dapat diketahui, dengan tulisan berbahasa arab yakni Gua Hira dan ayat 1-5 surat Al Alaq.

Bentuk Gua Hira agak memanjang, terletak di belakang 2 batu raksasa yang sangat dalam dan sempit, tidak dapat dilalui lebih dari satu orang. Di dalam gua yang memiliki ketinggian 2 meter ini  hanya dapat memuat 5 orang saja. Ditengah suasana berdesak-desakan sebagian peziarah termasuk asal Indonesia, tetap melakukan sholat sunah 2 rokaat. Mereka larut dan khusu' dalam sujud dan doa-nya yang ditujukan kepada Allah. Suasana sakral, penuh haru dan mata yang berkaca-kaca tumpah ruah mewarnai ketika para peziarah berada di dalam gua.

Betapa tidak, perjuangan yang dilakukan Nabi Muhamad memang tidak mudah dan butuh kerja keras, semangat, kegigihan serta keuletan yang luar biasa dalam men-sia'rkan agama islam. Perjuangan baru dimulai dan menjadi beban yang luar biasa dalam penyampaian wahyu pertama dari Allah kepada kaumnya. Dimana, kaumnya kafir quraish kemudian, menolak, mencaci maki, melakukan kekerasan hingga kepada pengucilan serta harus melampaui peperangan.

Namun pertolongan Allah memang sangat dekat dan memberikan jalan dalam setiap perjuangan setelah melewati berbagai ujian. "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.' (QS. al-Baqarah: 214)

Dan sebagai umatnya Nabi Muhamad, kita harus tetap berjuang, dalam menghadapi ujian hidup dengan melewatinnya dan mengambil hikmah secara baik. Hal ini sebagai langkah kita untuk membesar keimanan kita kepada Allah. "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut:2-3).

(Akmal Irawan/Sindoradio/ful)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar