masjidil haram

Kamis, 12 Mei 2011

Melipatgandakan Ibadah, Melipatgandakan Pahala



MediaHaji.Com, Makkah. Menunaikan ibadah haji merupakan kesempatan emas bagi seorang muslim. Saat menjadi tamu Allah SWT. harus mampu memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya dengan melakukan ibadah semaksimal mungkin. Baik saat di Makkah maupun Madinah. Sebab, setiap ibadah yang dilakukan selama di tanah suci memiliki pahala yang sangat besar.

Untuk itu harus pandai mengatur waktu. "Selama berada di tanah suci, jemaah harus memaksimalkan ibadah. Karena setiap amal ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala yang sangat besar", ujar Ustadz Yusuf Mansur, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur'an Wisata Hati.

Dianjurkan memperbanyak sedekah maupun infak karena balasan Allah SWT. berlipat ganda. Selain itu juga untuk meraih kemabruran ibadah haji. Menurut Ustadz Yusuf tanah suci merupakan ladang paling subur mendapatkan imbalan ibadan dan sedekah. "Ketika kita mengeluarkan 1000 pasti Allah membalas minimal 100 ribu kali lipat dibandingkan di tempat yang lain", ujar Ust. Yusuf Mansur.

Pendiri pengajian Wisata Hati ini menganjurkan jemaah haji agar banyak melakukan infak dan sedekah selama ibadah haji. Kendati tidak tersedia kotak infak di Masjidil Haram, maka sedekah bisa dilakukan kepada orang yang membutuhkan di Makkah. Selain itu juga untuk para pelajar yang banyak menjadi tenaga pembimbing di Makkah maupun Madinah. Kebiasaan melakukan sedekah di tanah suci ini biasanya akan melekat setelah kembali ke tanah air.

Jemaah haji menjadi tidak lagi ragu untuk melakukan sedekah maupun menafkahkan harta yang dimilikinya ke mereka yang membutuhkan saat sudah kembali berada dilingkungan tempat tinggalnya. "Dan ketika orang bersedekah di sana akan dirasakan sendiri oleh orang yang bersangkutan pasti Allah SWT. akan mengganti setelah pulang ke tanah air", papar dia.

Pandai mengatur waktu agar lincah menjalankan ibadah selama di tanah suci juga diungkapkan oleh H. Ahmad Kosasih, MAg. Pembimbing jemaah haji dan umroh dari PT Saudi Wisata Travel ini mengingatkan bahwa keberadaan jemaah di tanah suci adalah fokus untuk ibadah karena pahala yang berlipat ganda.

"Jadi, satu rakaat kita shalat di Masjid Nabawi sama dengan seribu rakaat di masjid yang lain, sedang di Masjid Haram 100 ribu kali", jelas H. Ahmad Kosasih.
Besarnya pahala yang dijanjikan Allah SWT. itulah yang harus di raih oleh jemaah haji untuk menjalankan berbagai ibadah. Bukan hanya shalat, namun juga mengisi waktu selama di tanah suci dengan membaca al-Qur'an, infak dan sedekah, membantu orang lain dan sebagainya. "Jadi selama kurang lebih satu bulan jemaah haji harus memanfaatkan untuk beribadah semaksimal mungkin", papar H. Ahmad Kosasih.

Sayang, menurut Ustadz Yususf Mansur maupun H. Ahmad Kosasih, jemaah haji Indonesia tergolong masih kurang memaksimalkan kesempatan beribadah selama di tanah suci. "Banyak jemaah haji kita kurang faham bentuk ibadah yang harus dikerjakan. Selama di sana misalnya hanya melaksanakan shalat lima waktu saja ditambah qabliyah dan ba'diyah. Padahal yang namanya ibadah di sana, dia bisa mengisi satu hari penuh dengan ibadah", ujuar H. Ahmad Kosasih.

Kosasih mencoba memaparkan jadwal agar bisa maksimal memanfaatkan waktu di Masjidil Haram. Selesai subuh dilanjutkan tadarus al-Qur'an sampai matahari terbit. Kemudian sholat Dhuha. Usai Dhuha sarapan pagi dan istirahat. Menjelang Dhuhur kembali ke Masjidil Haram, sholat Qobliyah Dhuihur - ba'diyah. Selanjutnya makan siang dan istirahat. Menjelang Ashar kembali ke Masjidil Haram. Waktu Ashar hingga Maghrib bisa dimanfaatkan untuk membaca al-Qur'an, thawaf sunnat, bershalawat maupun duduk memandang Ka'bah serta i'tikaf.

Kegiatan dilanjutkan shalat Maghrib. Waktu Maghrib hingga Isya' bisa melakukan sholat hingga Isya' bisa melakukan sholat Awwabin, minimal dua rakaat hingga maksimal 20 rakaat. Kemudian shalat fardhu Isya'. Selesai Isya' bisa melakukan sholat witir jika tak ingin istirahat di pemondokan. Tengah malam datang kembali untuk sholat qiyaamul lail, tahajjud, hajat istiqkhoroh dan sebagainya.

"Jadi banyak ibadah yang bisa dilakukan di tanah suci", ujar Ahmad Kosasih. Berdasarkan hitungan H. Ahmad Kosasih jumlah rakaat shalat sunnat sehari di Masjidil Haram bisa mencapai 100 rakaat. Bahkan masih bisa ditambah lagi dengan shalat sunnat Mutlaq maupun shalat jenazah. Sebab banyak jemaah yang meninggal dunia.

"Bayangkan, seumur hidup mungkin kita belum pernah melaksanakan shalat jenazah sampai ribuan orang. Tapi, di Masjidil Haram kita bisa. Satu kali kita melaksanakan shalat jenazah, berarti sudah 100 ribu kali bandingkan dengan di masjid lain", ungkap H. Ahmad Kosasih. Menurut H. Ahmad Kosasih agar bisa memaksimalkan ibadah, maka jemaah haji harus menguasai ilmu-ilmu ibadah.

Berdasarkan pengamatannya, masih banyak jemaah yang belum memahami shalat awabin, shalat tasbih serta shalat-shalat sunnat lainnya. Selain itu semua yang juga teramat penting adalah menguasai manasik haji. "Jangan ikut-ikutan mengandalkan pembimbing. Rugi nanti kalau tidak melakukan manasik sendiri". papar Ahmad Kosasih. Penguasaan manasik haji maupun ilmu ibadah adalah merupakan bekal utama bagi jemaah haji meraih kemabruran.

Seperti juga diamini oleh Ust. H. A Saefullah MA, untuk meraih kemabruran juga diperlukan amalan ibadah sunnat, melakukan sedekah, bertobat, meminta maaf kepada orang tua maupun sahabat. Semua dilakukan dalam keadaan suci di tanah suci pula. "Allah SWT. itu Maha Suci. Maka sebelum menghadap yang Maha Suci kita berwudhu', sebelum wudhu' kita diramadhankan", ujar salah seorang assatidz Majelis Zikir az-Zikra ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar